Skip to main content

Hilangkan Phobia Anak Terhadap Kancing Baju Lewat Hipnoterapi

Artikel ini diterbitkan juga dalam majalah Mom & Kiddie edisi Desember 2012.



1.     Apakah bisa, Hilangkan phobia anak terhadap kancing baju lewat hipnoterapi? Bagaimana caranya Jelaskan?
Dalam rangka mengatasi fobia yang dialami oleh anak, dapat dilakukan dengan berbagai macam metode terapi, diantaranya adalah terapi modifikasi perilaku, terapi kognitif perilaku (cognitive behavior therapy), terapi seni, dan hipnoterapi. Pemilihan jenis terapi yang akan digunakan harus disesuaikan dengan usia kalender dan usia mental anak. Usia kalender adalah usia yang diketahui dengan melihat tanggal lahir anak, sedangkan usia mental bicara mengenai kemampuan anak yang terkait dengan area kecerdasan, perilaku yang ditampilkan dan kematangan emosional.

     Anak berusia 4 tahun (usia pra sekolah) biasanya sudah bisa diajak bicara, namun logika berpikir mereka belum berkembang layaknya anak usia sekolah. Kemampuan mereka untuk berimajinasi memang sudah berkembang. Akan tetapi, jika anak dikondisikan untuk duduk diam dan memejamkan mata dalam waktu yang cukup lama, kemudian anak diminta untuk berkonsentrasi dan membayangkan objek tertentu, kemudian memunculkannya di benak mereka secara nyata, hal tersebut masih cenderung sulit untuk dilakukan oleh seorang anak berusia 4 tahun.
      Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa teknik hipnoterapi bukan merupakan teknik penanganan yang paling tepat untuk mengatasi fobia pada anak berusia 4 tahun. Hal tersebut disebabkan karena kemampuan imajinasi dan konsentrasi yang baik merupakan salah satu syarat seseorang akan mendapatkan keuntungan maksimal dari teknik hipnoterapi. Sedangkan anak berusia 4 tahun, umumnya memang belum menguasai kemampuan tersebut.

2.     Apa yang di maksud Hipnoterapi? Jelaskan?
Hipnoterapi sendiri sebetulnya merupakan sebuah teknik yang berfokus pada area sub-sadar dan ketidaksadaran pada diri manusia. Para hipnoterapis percaya bahwa perilaku manusia banyak digerakkan oleh alam sub-sadar dan ketidaksadaran mereka. Sehingga, ketika area ketidaksadaran atau subsadar tersebut dimodifikasi, maka biasanya perilaku seseorang juga akan termodifikasi.

3.     Apa saja yang harus dilakukan Jelaskan?
Seperti yang telah saya uraikan sebelumnya bahwa teknik hipnoterapi belum tepat untuk mengatasi fobia pada anak usia 4 tahun. Teknik penanganan yang lebih tepat sebetulnya adalah dengan terapi modifikasi perilaku. Selain itu, cara penanganan yang dapat dilakukan oleh orang tua di rumah adalah dengan mulai menghubungkan benda yang menakutkan (contoh: kancing) dengan hal-hal yang menyenangkan. Sehingga, pemahaman anak yang salah bahwa kancing itu identik dengan hal yang mengerikan, perlahan-lahan mulai memudar. Alternatif  hal-hal menyenangkan yang bisa dicoba antara lain sebagai berikut:
a)     Membeli kancing yang sesuai dengan warna kesukaan anak dan membuat permainan dengan media kancing tersebut.
b)     Menyanyikan lagu kesukaan anak saat orang tua memegang kancing dan memasangkan kancing (baik itu kancing baju orang tua saat orang tua berpakaian, maupun kancing baju anak).
c)     Mengganti kata-kata pada lagu kesukaan anak dengan kata kancing. Misalnya lagu “Balonku ada lima”, liriknya bisa diganti menjadi “kancingku ada lima”. Atau lagu “Cicak-cicak di dinding”, liriknya bisa diganti menjadi “kancing-kancing di baju” dan lain sebagainya.
d)     Jika anak belum siap dihadapkan dengan bendanya langsung, orang tua dapat memulainya dengan gambar. Aktivitas yang dapat dilakukan antara lain adalah: (a) melakukan permainan menunjuk warna yang tepat pada gambar kancing-kancing berwarna/i, dan (b) menggambar serta mewarnai gambar benda-benda yang memiliki kancing. 

4.     Bagaimana caranya agar anak tidak seperti itu? Jelaskan?
Slogan yang sering kita dengar adalah “Lebih baik mencegah daripada mengobati.” Tindakan pencegahan fobia pada anak sangatlah mudah dilakukan. Pada prinsipnya, anak akan belajar mengenai rasa takut melalui proses mencontoh lingkungan sekitar. Penelitian menunjukkan bahwa bayi sebetulnya tidak takut ketika melihat ular di dalam kaca. Bayi baru mulai takut ketika mereka melihat orang tua atau pengasuh mereka menunjukkan perilaku takut saat melihat ular tersebut. Oleh sebab itu, untuk mencegah anak memiliki rasa takut terhadap benda-benda umum (dalam kasus ini adalah kancing), maka orang tua atau pengasuh memang sebaiknya tidak pernah mengkaitkan kancing tersebut dengan hal-hal yang membuat anak merasa tidak nyaman (sedih, marah, takut dan lain sebagainya). Kata-kata seperti, “Awas nanti ….” yang bersifat mengancam anak juga dapat memicu munculnya rasa cemas/ takut dalam diri anak.

#positiveparentingchallenge
#positiveparenting
#parenting
#parentingtips
#parentinglife
#fatherhood
#motherhood
#ayahhebat
#infoparenting
#infopengasuhan

#motherlove
#orangtuahebat
#disiplinanak
#keluarga
#keluargaindonesia
#polaasuh
#anakhebatindonesia
#anakbundaindonesia
#tipsbunda
#belajarparenting

#tipsorangtua
#anakanak
#keluargabahagia
#orangtuaku
#parentingwithlove
#anakpapamama
#ayahibuanak
#parentinginspirations
#parentingideas



Comments

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  2. Dear kak Maria, aku salah satu pengidapnya kak dari sebelum tk sampe sekarang. dulu ayah aku juga sama, tapi pas udah remaja ilang. umur aku 16 tahun tapi gak ilang ilang. gimana ya kak solusinya? makasih banyak ^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai Shofura. Maaf atas keterlambatan merespon. Jika memang sampai saat ini belum hilang dan dirasa mengganggu, lebih baik segera minta bantuan untuk diterapi ke psikolog. Salah satu terapi yang dapat saya sarankan adalah Cognitive Behavior Therapy. Semoga lekas membaik :)

      Delete
  3. anak saya umur 3 tahun phobia dengan kancing, saya bingung bagaimana jika sudah mulai sekolah. langkah apa yang harus saya tempuh?

    ReplyDelete
  4. Anak saya umur 3 tahun fobia dengan kancing baju dan kerah. saya bingung mengatasinya apalagi ketika mulai masuk usia sekolah (Playgroup dan TK). Langkah apa yang harus saya tempuh? Terima kasih

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya minta maaf atas keterlambatan membalas komentar Anda dikarenakan adanya urusan keluarga selama 2 tahun terakhir, sehingga sy terpaksa vakum menulis dan mengelola blog. Mulai hari ini, blog ini akan kembali aktif.
      Saya berharap ketika saya menuliskan komentar ini, anak Bapak sudah berhasil mengatasi fobia nya tersebut. Jika belum, sangat saya sarankan untuk sesegera mungkin pergi berkonsultasi dengan psikolog, agar anak Bapak dapat segera diterapi. Semoga jawaban saya cukup membantu.

      Delete
  5. hai ka.. um aku salah satu pengidap Ophidiophobia, aku takut sama binatang itu mulai dari aku tk(4) sampe sekarang sma(16) aku mau coba untuk ngilain phobia itu.. tp setiap kali aku merem malah ngebuat aku gemeteran & malah hampir pingsan cuma gara2 ngeliat "foto" nya aja.. :v aku pengen sembuh tapi disisi lain aku gamau sembuh karena terlalu takut untuk menghadapinya.. aku udh konsultasi sama guru psikolog tp aku masih ketakutan.. apa ada solusinya ka? arigatou ;))

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya minta maaf atas keterlambatan membalas komentar Anda dikarenakan adanya urusan keluarga selama 2 tahun terakhir, sehingga sy terpaksa vakum menulis dan mengelola blog. Mulai hari ini, blog ini akan kembali aktif.
      Dik Firza, sepertinya guru psikolog yang adik maksud adalah guru BP di sekolah. Saya sarankan, jika adik memang ingin sembuh, adik harus berkonsultasi dengan psikolog yang praktek di klinik atau rumah sakit. Mereka akan memberikan terapi yang berbeda dengan yang diberikan guru di sekolah. Banyak jenis terapi yang bisa digunakan untuk menyembuhkan fobia Anda. Asalkan Anda sungguh-sungguh berkomitmen untuk sembuh.
      Saya sangat berharap, dalam 6 bulan ke depan, saya bisa mendengar kabar gembira dari Anda bahwa Anda telah berhasil sembuh dari fobia Anda.
      Salam :)

      Delete

Post a Comment

Dear, Maria, M.Psi.

Popular posts from this blog

JANGAN HANYA MENYEKOLAHKAN ANAK DI SEKOLAH BERGENGSI, TAPI DIDIKLAH ANAK AGAR PUNYA HAL INI!

Dalam bekerja saya selalu berusaha memberikan yg terbaik. Ketika menangani klien, membuat laporan psikologis, maupun  membuat materi/ modul workshop parenting, saya memilih untuk memberikan yang terbaik versi saya. Itulah sebabnya ketika mendelegasikan tugas atau bekerja sama dengan orang lain, saya punya ekspektasi orang tersebut juga berusaha yang terbaik. Bagi saya cara bekerja setiap orang boleh berbeda. Dan saya cenderung tidak menilai seseorang dari cara kerjanya. Ada yang banyak bicara atau bernyanyi/ bersenandung ketika bekerja. Ada pula yang khusyuk serius tapi ritme kerjanya pelan. Saya biasanya bisa memakluminya. Yang sulit saya maklumi adalah ketika mereka bekerja "asal selesai", "asal jadi" atau "sekedarnya". Saya sulit memaklumi mereka yang enggan melakukan yang terbaik yang mereka bisa. "Etos kerja" demikian istilahnya. Sebuah sikap bekerja yang sifatnya internal, berasal dari dalam diri seseorang. Bukan karena iming2 prof...

ANAK BARU SAJA PULANG SEKOLAH, JANGAN LAKUKAN 3 HAL INI

Kondisi fisik dan psikologis anak sepulang sekolah sebetulnya hampir serupa dengan kondisi fisik dan psikologis orang dewasa yang pulang bekerja. Biasanya mereka merasa lelah, penat, dan ingin rehat dari aturan, tuntutan dan kewajiban. Tak sedikit juga yang punya keinginan untuk segera berbagi cerita atau perasaan kepada orang terdekat. Oleh sebab itu, ketika anak pulang sekolah sebaiknya jangan lakukan 3 hal ini: 1. MEMBERONDONG dengan pertanyaan tentang PR, tugas, deadline, dan lainnya yang berkaitan dengan tanggung jawab sekolah. 2. MEMAKSA mereka bercerita tentang sekolah. 3. MEMAKSA mereka melakukan kegiatan yang bersifat TANGGUNG JAWAB/ KEWAJIBAN yang berat (butuh waktu lebih dari 5-10 menit). Pada prinsipnya tidak semua anak rumusnya sama. Oleh sebab itu Anda perlu memahami kondisi anak Anda. Ketika mereka pulang sekolah, amati dulu, apakah mereka terlihat lelah? Apakah mereka terlihat tidak ingin bercerita? Apakah mereka terlihat ingin beristirahat dan tidak mau diganggu?...

Orangtua dan Anak Saya Memancing Kemarahan Saya!

Ingin rasanya saya bentak mertua saya. Sulit sekali diberi tahu. Sudah dibilang anak saya tidak boleh dibelikan mainan dulu, tidak boleh jajan es krim dulu. Diam-diam dia beri es krim. Dia ajari anak saya untuk sembunyi-sembunyi beli mainan di belakang saya. Lalu, ketika suami saya sudah janji mau jalan-jalan bersama sore ini. Mumpung ia tidak lembur. Mertua saya tahu itu dan mulai berulah mencari perhatian. Dia mengatakan bahwa perutnya tidak enak dan butuh periksa ke dokter. Batal deh rencana kami sore itu. Akhirnya anak saya merengek karena tidak jadi pergi jalan-jalan. Lagi-lagi mertua bertingkah seperti pahlawan, mengatakan bahwa besok akan dibelikan mainan jika anak saya berhenti menangis. Oh wow! Sungguh luar biasa. Saya tak kuasa lagi menahan jengkel, akhirnya saya masuk kamar dan membanting pintu. Saya biarkan suami saya mengurus anak dan mertua saya itu. - Ny. S - Anak saya berulah lagi. Sudah diberi tahu berkali-kali bahwa makan harus duduk, dan tidak boleh mem...