Skip to main content

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

Salah satu kunci keberhasilan perkembangan anak adalah adanya orang tua yang perduli terhadap aspek tumbuh kembang anak mereka. Banyak hal yang menjadi perhatian orang tua, salah satunya adalah mengenai pendidikan anak usia dini. Baru-baru ini saya menerima beberapa pertanyaan dari orang tua mengenai cara mendidik anak sejak dini dengan benar. Bahkan ada satu pertanyaan yang menarik dan menginspirasi saya untuk menuangkannya ke dalam tulisan hari ini.
Ibu X : "Ada yang bilang lebih baik utamakan ajarkan moral pada anak, nanti masalah pendidikan akademis bisa menyusul dengan baik secara otomatis. Apakah betul?"

PAUD atau Pendidikan Anak Usia Dini merupakan sistem pendidikan yang ditujukan untuk anak-anak usia dini (sebelum usia 6 tahun). 
Berdasarkan PP 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan, fungsi dan tujuan PAUD diatur dalam Pasal 61. Berikut bunyi lengkapnya:
(1)  Pendidikan anak usia dini berfungsi membina, menumbuhkan, dan mengembangkan seluruh potensi anak usia dini secara optimal sehingga terbentuk perilaku dan kemampuan dasar sesuai dengan tahap perkembangannya agar memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan selanjutnya.
Ayat 1 menunjukkan bahwa Pendidikan anak usia dini BERSIFAT MENYELURUH, yakni mencakup semua aspek perkembangan anak. Dan Ayat 1 juga menunjukkan bahwa pendidikan anak usia dini bertujuan agar seluruh potensi anak berkembang OPTIMAL. Bukan berkembang menjadi SEMPURNA melainkan menjadi OPTIMAL. Anak yang berkembang optimal adalah anak yang mampu menguasai kemampuan-kemampuan yang SESUAI dengan usianya. 
(2)  Pendidikan anak usia dini bertujuan:
  • a.  membangun landasan bagi berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berkepribadian luhur, sehat, berilmu, cakap, kritis, kreatif, inovatif, mandiri, percaya diri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab; dan
  • b.  mengembangkan potensi kecerdasan spiritual, intelektual, emosional, kinestetis, dan sosial peserta didik pada masa emas pertumbuhannya dalam lingkungan bermain yang edukatif dan menyenangkan
Ayat 2 menunjukkan bahwa ada berbagai macam potensi yang perlu dikuasai anak, yakni:

  • Potensi kecerdasan spiritual : erat kaitannya dengan aspek perkembangan moral, yakni pemahaman norma-norma agama dan norma-norma budaya.
  • Potensi kecerdasan intelektual : erat kaitannya dengan aspek kognitif (berpikir) anak, salah satunya yang paling sering menjadi perhatian orang tua adalah tingkat kecerdasan/ inteligensi anak (yang dikenal dengan istilah IQ).
  • Potensi kecerdasan emosional : erat kaitannya dengan kemampuan anak dalam mengekspresikan pikiran dan perasaannya. 
  • Potensi kecerdasan kinestetis: erat kaitannya dengan perkembangan fisik anak (tinggi dan berat badan, kemampuan motorik halus, kemampuan motorik kasar).
  • Potensi kecerdasan sosial:  erat kaitannya dengan kemampuan anak dalam berinteraksi dan beradaptasi di lingkungan sosial. 

Ayat 2 menjelaskan bahwa orang tua tidak bisa hanya fokus pada salah satu aspek perkembangan saja. Tidak jarang, banyak orang tua yang terlalu fokus pada prestasi di sekolah, sehingga melupakan norma-norma dan aturan yang perlu juga diketahui oleh anak. Cukup banyak ditemui anak-anak pintar yang sombong atau pelit di sekolah. Atau anak-anak pintar yang tidak terbiasa mengucapkan terima kasih ketika diberi bantuan oleh orang lain. Yang paling sering ditemui adalah anak-anak pintar yang tidak pandai berteman dengan anak-anak sebayanya, dan sering mendapat predikat "sombong", "kutu buku", "culun", dan lain sebagainya. 

Ayat 2 juga menekankan bahwa cara pengembangan anak usia dini dilakukan dalam LINGKUNGAN BERMAIN yang edukatif dan menyenangkan.
Artinya, kegiatan utama yang akan anak lakukan adalah BERMAIN. Bermain yang seperti apa? Bermain yang menyenangkan untuk anak, namun terarah atau bertujuan. Misalnya, permainan lempar tangkap bola, sambil mengajarkan anak tentang konsep warna. Guru/ orang tua dapat memberi perintah: "Lemparkan bola warna merah." dan lain sebagainya. 


#positiveparentingchallenge
#positiveparenting
#parenting
#parentingtips
#parentinglife
#fatherhood
#motherhood
#ayahhebat
#infoparenting
#infopengasuhan

#motherlove
#orangtuahebat
#disiplinanak
#keluarga
#keluargaindonesia
#polaasuh
#anakhebatindonesia
#anakbundaindonesia
#tipsbunda
#belajarparenting

#tipsorangtua
#anakanak
#keluargabahagia
#orangtuaku
#parentingwithlove
#anakpapamama
#ayahibuanak
#parentinginspirations

#parentingideas

Comments

Popular posts from this blog

JANGAN HANYA MENYEKOLAHKAN ANAK DI SEKOLAH BERGENGSI, TAPI DIDIKLAH ANAK AGAR PUNYA HAL INI!

Dalam bekerja saya selalu berusaha memberikan yg terbaik. Ketika menangani klien, membuat laporan psikologis, maupun  membuat materi/ modul workshop parenting, saya memilih untuk memberikan yang terbaik versi saya. Itulah sebabnya ketika mendelegasikan tugas atau bekerja sama dengan orang lain, saya punya ekspektasi orang tersebut juga berusaha yang terbaik. Bagi saya cara bekerja setiap orang boleh berbeda. Dan saya cenderung tidak menilai seseorang dari cara kerjanya. Ada yang banyak bicara atau bernyanyi/ bersenandung ketika bekerja. Ada pula yang khusyuk serius tapi ritme kerjanya pelan. Saya biasanya bisa memakluminya. Yang sulit saya maklumi adalah ketika mereka bekerja "asal selesai", "asal jadi" atau "sekedarnya". Saya sulit memaklumi mereka yang enggan melakukan yang terbaik yang mereka bisa. "Etos kerja" demikian istilahnya. Sebuah sikap bekerja yang sifatnya internal, berasal dari dalam diri seseorang. Bukan karena iming2 prof...

ANAK BARU SAJA PULANG SEKOLAH, JANGAN LAKUKAN 3 HAL INI

Kondisi fisik dan psikologis anak sepulang sekolah sebetulnya hampir serupa dengan kondisi fisik dan psikologis orang dewasa yang pulang bekerja. Biasanya mereka merasa lelah, penat, dan ingin rehat dari aturan, tuntutan dan kewajiban. Tak sedikit juga yang punya keinginan untuk segera berbagi cerita atau perasaan kepada orang terdekat. Oleh sebab itu, ketika anak pulang sekolah sebaiknya jangan lakukan 3 hal ini: 1. MEMBERONDONG dengan pertanyaan tentang PR, tugas, deadline, dan lainnya yang berkaitan dengan tanggung jawab sekolah. 2. MEMAKSA mereka bercerita tentang sekolah. 3. MEMAKSA mereka melakukan kegiatan yang bersifat TANGGUNG JAWAB/ KEWAJIBAN yang berat (butuh waktu lebih dari 5-10 menit). Pada prinsipnya tidak semua anak rumusnya sama. Oleh sebab itu Anda perlu memahami kondisi anak Anda. Ketika mereka pulang sekolah, amati dulu, apakah mereka terlihat lelah? Apakah mereka terlihat tidak ingin bercerita? Apakah mereka terlihat ingin beristirahat dan tidak mau diganggu?...

MANFAAT WISATA RUMAH HEWAN

Juli lalu saya sempat mengunjungi wisata Rumah Guguk di kawasan Bandung. Areanya sangat menyenangkan! Di sana anak-anak bisa berinteraksi sepuasnya dengan berbagai jenis anjing. Gemas sekali. 😍😍 Kami memang tidak memiliki hewan peliharaan di rumah. Bukan karena alasan kebersihan, tapi karena kami tahu kami belum mampu merawat mereka dengan cinta dan perhatian yang cukup. Kalau hanya sekedar dikurung dan diberi makan cukup, alangkah kasiannya mereka nanti. Oya, tahukah Anda bahwa kegiatan memelihara hewan adalah salah satu kegiatan yang baik utk mengajarkan sikap empati pada anak? Dengan mendidik mereka untuk merawat dan memperhatikan kebutuhan hewan peliharaan, sesungguhnya kita mengajarkan mereka agar punya kepekaan dan kesediaan untuk memikirkan kondisi pihak lain di luar dirinya. Kepekaan dan kesediaan peduli inilah yang akhirnya berkembang menjadi kemampuan berempati (kemampuan memahami kondisi orang lain dengan obyektif). Beda dengan simpati ya. Kalau ...