Skip to main content

MENUMBUHKAN MOTIVASI BERSEKOLAH PADA ANAK


Sekolah adalah tempat untuk? Jawaban paling wajar dan umumnya adalah: MENIMBA ILMU dan BELAJAR BERSOSIALISASI. Setuju? Nah mari kita bahas satu-satu si tujuan mulia ini.

Sekolah adalah tempat menimba ilmu. Jadi, kalau mau anak kita suka pergi ke sekolah otomatis dia harus suka dengan kegiatan menimba ilmu. Simplenya, anak harus punya 'rasa ingin tahu dan keinginan belajar yang TINGGI DAN LUAS'.

Pada dasarnya semua anak sedari kecil itu penuh dengan rasa ingin tahu. Sejak lancar bicara mereka seringkali memberondong kita dengan pertanyaan "Kenapa kenapa kenapa dan kenapa?" Hanya saja, rasa ingin tahu ini terbatas hanya pada hal-hal yang ia minati.

Nah tugas orang tua supaya rasa ingin tahu ini tetap tinggi dan semakin luas areanya, adalah dengan cara menjadikan suasana mencari ilmu dan informasi itu menjadi MENYENANGKAN.

Kabar gembiranya, zaman sekarang mudah sekali, krn medianya sudah macam2. Tidak hanya buku cerita science yg gambarnya sudah bagus2, tapi video2 yg bs diakses di youtube pun sudah banyak. Tinggal orangtuanya, mau tidak menyediakan waktu, membimbing anak mencari2 info yang memuaskan rasa ingin tahunya. Jadi, youtube jangan hanya dipakai utk goyang baby shark atau melihat para youtuber bongkar2 mainan saja 😊

Kalau saya, anak saya latih cinta membaca sejak dini. Setiap hari dia saya biasakan melahap aneka jenis buku. Apapun itu. Hingga sekarang, di usia 4 tahun dia sanggup lho dibacakan buku selama 1 jam penuh nonstop. (Mamanya yang serak 😂 )

Bayangkan jika anak tak suka membaca, di sekolah dia akan tertekan ketika harus menghapal banyak materi yg disajikan lewat buku bukan? Jadi, kesukaan membaca itu penting!

Kalau anak saya, lewat membaca buku tidak hanya pengetahuan science yg ia pelajari. Tapi juga pemahaman aturan sosial. Oya, dia juga termotivasi belajar mandi sendiri karena membaca sebuah buku berjudul "Hore aku bisa mandi sendiri," lho.

SEKOLAH ADALAH TEMPAT UNTUK ANAK BELAJAR BERSOSIALISASI.

Tidak bisa dipungkiri ya, keterampilan sosial ini penting sekali krn pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial! Selain untuk memuaskan kebutuhan bersosialisasi, keterampilan bersosialisasi yg baik akan banyak membantu anak mencapai kesuksesan kelak. Anak2 dengan keterampilan sosialisasi yg baik, akan memiliki relasi pertemanan yang enak di sekolah, sehingga ia menjadi lebih nyaman bahkan bersemangat untuk berangkat sekolah. Namun ingat, motivasi MENCARI ILMU harus menjadi yg PERTAMA lho ya.

Bicara tentang belajar bersosialisasi, artinya anak dari tidak bisa menjadi bisa. Yang namanya belajar jelas tidak lgsg mahir dan ada proses perjuangannya hingga ia bisa. Ini yg hrs ditekankan dlm benak org tua maupun anak. Artinya, jangan ada persoalan pertemanan sedikit, lantas patah semangat. Tanamkan bahwa setiap persoalan relasi sosial, itu seperti persoalan (PR atau Ujian) sekolah, yang harus kita pahami dan selesaikan. Jadi, kalau 'ribut' sama teman, yg hrs dilakukan adalah cari penyebabnya, pikirkan solusinya, dan kerjakan solusi itu, serta petik pelajarannya.

Nah, berikut ini beberapa poin keterampilan bersosialisasi yg perlu orang tua tumbuhkan pada anak:

(1). SOPAN SANTUN DAN TATA CARA BERKOMUNIKASI, mulai dari pemilihan kata, sikap tubuh, nada bicara. Cara melatihnya bagaimana? Ya mulai dari orang tua mencontohkan di rumah. Kalau orang tua bicara dengan karyawan atau pasangan dengan nada keras, pilihan kata tak sopan, mengobrol sambil liat hp, membentak2 orang tua, yaaa jangan harap anak punya sopan santun dan tata cara berkomunikasi yg baik dan benar.

(2). KEMAMPUAN MENGENALI DAN MENGELOLA EMOSI. Ternyata tidak cuma adonan makanan yg perlu diolah. Tapi emosi juga. Orang tua sering melontarkan kalimat seperti:
"Jangan suka marah-marah, jangan suka pukul-pukul, nanti ga punya teman lho!"
"Jangan cengeng, nanti temennya sebel lho!"

Lantas, bagaimana caranya mereka tidak berteriak, tidak memukul, padahal di dlm hati mereka rasa marah itu seperti mau meledak? Bagaimana caranya?

Bagimana caranya mereka bisa menjelaskan ke orang2 bahwa mereka sedih, kalau tidak boleh menangis, padahal hati mereka sedih sekali?,

Cobalah ajarkan pada anak mengenali macam2 emosi dasar yg mereka punya. Film "INSIDE OUT" bisa sangat membantu Anda. Nah, ketika anak sudah pintar mengenali dan membedakan emosinya, lalu ajarkan anak bagaimana sih cara mengekspresikan emosi dengan tepat, tanpa melukai diri atau orang lain! Misalnya:
● saat marah: menggeram atau menghentakkan kaki di tempat sepi,
● saat sedih: bilang aku sedih sama mama dan minta dipeluk, dsb.

Kembali lagi, peran orang tua sebagai Role Model/ Pemberi Contoh itu penting. Kalau ketika orang tua marah, lantas berteriak2 atau melempar barang, ya anak kemungkinan besar akan melakukan yang sama.

(3). KEMAMPUAN BEREMPATI. Kemampuan berempati artinya kemampuan untuk mengerti emosi dan kondisi orang lain. Orang2 dengan kemampuan ini, tidak akan sembarangan memberikan 'judgement' hanya berdasarkan 1 atau 2 perilaku saja. Orang yg berempati, akan mampu membayangkan dirinya berada di posisi orang lain, sehingga ia akan bisa menentukan dengan bijak tentang bagaimana harus bersikap ketika orang lain senang, sedih, marah, terkena musibah, membutuhkan pertolongan, dsb.

Bagaimana menumbuhkan empati? Wah panjang sekali bahasannya kl soal ini. Kapan2 saya jabarkan lebih detail ya 😊 Atau kalian bs mencari2 banyak kok artikel parenting yang menjelaskan tips2 dan aktivitas utk menumbuhkan empati pada anak, salah satunya dengan kegiatan memelihara tanaman atau binatang.

KEMAMPUAN ME'MANAGE' PERTEMANAN. Nah ini yang sangat penting menurut saya. Betul bahwa anak tidak boleh memilih2 dlm berteman. Ini benar! Tapii, anak juga harus bisa memilah-milah, mana teman yang cocok, mana yg tidak cocok. Mana teman yg membawa efek baik mana yg tidak. Mana teman yg hanya memanfaatkan mana yg tulus.

Tujuannya bukan agar anak menjauhi teman tertentu dan mendekati teman yg lain. Bukan! Tujuannya adalah agar anak mampu MENEMPATKAN DIRI dan MENENTUKAN SIKAP dalam berteman dengan sesuai. Bahwa ia harus bisa menolak paksaan teman yg berdampak buruk baginya, bahwa ia harus bisa mengingatkan temannya yg berbuat salah secara baik2, dst. Jangan hanya sekedar ikut2an dan pasrah krn takut berkonflik dengan teman.

Kemampuan me'manage' ini bicara tentang bagaimana menilai pribadi teman, bagaimana memilih aktivitas ketika bergaul dengan teman, bagaimana menentukan sikap ketika berinteraksi dengan teman, sampai bagaimana bersikap fleksibel dan berkompromi dalam berteman.

Dan percayalah, kemampuan ini tidak akan terlatih dengan baik kalau Anda sebagai orang tua: (1) membatasi waktu anak untuk bergaul, belajaaaar terus, ekskul terus, main bareng teman di luar sekolah cukup sebulan atau dua bulan sekali saja misalnya. Hmmm bagaimana anak bs punya pengalaman latihan sosialisasi yg banyak bukan?; (2) jarang ngobrol dengan anak soal kehidupan pertemanannya. Selalu yg jd fokus adalah ada tugas apa, ulangan apa, nilai mu brapa, les mu bagaimana. Kalau sudah begini, ketika anak butuh pencerahan soal pertemanan, ia akan urung niat untuk minta nasihat Anda.

Jadi, keterampilan bersosialisasi ini adalah skills yg perlu latihan rutin. Biarkan anak bebas bersosialisasi di dalam dan di luar sekolah, dalam batasan yang wajar dan terpantau lho ya.

Lantas bagaimana jika anak kita saat ini sedang malas bersekolah?

Berikut langkah penanganan awal:

1. Cari tahu penyebab nya sebetulnya apa. Masalahnya apa? Kendalanya apa? Bicarakan baik-baik. Bertanyalah dengan penuh pengertian. Gunakan gaya bicara orang tua yg penuh welas asih. Jangan bicara seperti polisi atau detektif yg sedang menginterogasi.

2. Bersama anak pikirkan apa solusi utk masalah/ kendala tersebut. 

3. Bersama anak buat komitmen tentang apa yg hrs dilakukan supaya kendala/ masalah tersebut tidak terulang di kemudian hari.

4. Jika kemalasan ini terus berlanjut dan orang tua tidak sanggup mengatasinya, berkonsultasilah dengan psikolog/ konselor pendidikan.

5. Setelah anak mulai terbiasa dan cukup nyaman lagi dengan kegiatan sekolah, praktikkan tips yg ada di 2 postingan sblm ini.

Oya, Anda masih ingat pertanyaan no 4 di 3 postingan sebelum ini? Jawaban dr pertanyaan no 4 bs membantu memberi ide tentang kira2 ada apa di sekolah yg kira2 bs disukai/ diminati anak. Misalnya, anak suka ke playground di mal krn bs main perosotan, org tua bs membiasakan anak untuk main di play area sepulangnya ia dr sekolah.

Atau bisa juga anak diberi semangat dengan dijanjikan bahwa jika ada hal2 yg tidak begitu anak sukai di sekolah, asal anak berkomitmen utk berusaha menghadapinya, ia berhak menghibur dirinya dengan melakukan hobi atau pergi ke tempat yg ia sukai di akhir pekan.

Namun ingat, reward semacam ini sifatnya hanya sementara ya. Anda tetap harus memupuk kecintaan terhadap proses belajar serta melatih keterampilan bersosialisasinya agar anak tidak urung sekolah lg di kemudian hari.

Selamat mencoba! 😊

#parents #children #psychology#childpsychology #parentingstyle#toddler #happyfamily #psychologist#parentingstylecounselor #counselor#childpsychologist #parentinginfo#parentingtips #tipsparenting#infoparenting #psikologanak#konselorpolaasuh #polaasuh#pengasuhan #parenting#motherhood #fatherhood






Comments

Popular posts from this blog

Orangtua dan Anak Saya Memancing Kemarahan Saya!

Ingin rasanya saya bentak mertua saya. Sulit sekali diberi tahu. Sudah dibilang anak saya tidak boleh dibelikan mainan dulu, tidak boleh jajan es krim dulu. Diam-diam dia beri es krim. Dia ajari anak saya untuk sembunyi-sembunyi beli mainan di belakang saya. Lalu, ketika suami saya sudah janji mau jalan-jalan bersama sore ini. Mumpung ia tidak lembur. Mertua saya tahu itu dan mulai berulah mencari perhatian. Dia mengatakan bahwa perutnya tidak enak dan butuh periksa ke dokter. Batal deh rencana kami sore itu. Akhirnya anak saya merengek karena tidak jadi pergi jalan-jalan. Lagi-lagi mertua bertingkah seperti pahlawan, mengatakan bahwa besok akan dibelikan mainan jika anak saya berhenti menangis. Oh wow! Sungguh luar biasa. Saya tak kuasa lagi menahan jengkel, akhirnya saya masuk kamar dan membanting pintu. Saya biarkan suami saya mengurus anak dan mertua saya itu. - Ny. S - Anak saya berulah lagi. Sudah diberi tahu berkali-kali bahwa makan harus duduk, dan tidak boleh mem...

JANGAN HANYA MENYEKOLAHKAN ANAK DI SEKOLAH BERGENGSI, TAPI DIDIKLAH ANAK AGAR PUNYA HAL INI!

Dalam bekerja saya selalu berusaha memberikan yg terbaik. Ketika menangani klien, membuat laporan psikologis, maupun  membuat materi/ modul workshop parenting, saya memilih untuk memberikan yang terbaik versi saya. Itulah sebabnya ketika mendelegasikan tugas atau bekerja sama dengan orang lain, saya punya ekspektasi orang tersebut juga berusaha yang terbaik. Bagi saya cara bekerja setiap orang boleh berbeda. Dan saya cenderung tidak menilai seseorang dari cara kerjanya. Ada yang banyak bicara atau bernyanyi/ bersenandung ketika bekerja. Ada pula yang khusyuk serius tapi ritme kerjanya pelan. Saya biasanya bisa memakluminya. Yang sulit saya maklumi adalah ketika mereka bekerja "asal selesai", "asal jadi" atau "sekedarnya". Saya sulit memaklumi mereka yang enggan melakukan yang terbaik yang mereka bisa. "Etos kerja" demikian istilahnya. Sebuah sikap bekerja yang sifatnya internal, berasal dari dalam diri seseorang. Bukan karena iming2 prof...

ANAK BARU SAJA PULANG SEKOLAH, JANGAN LAKUKAN 3 HAL INI

Kondisi fisik dan psikologis anak sepulang sekolah sebetulnya hampir serupa dengan kondisi fisik dan psikologis orang dewasa yang pulang bekerja. Biasanya mereka merasa lelah, penat, dan ingin rehat dari aturan, tuntutan dan kewajiban. Tak sedikit juga yang punya keinginan untuk segera berbagi cerita atau perasaan kepada orang terdekat. Oleh sebab itu, ketika anak pulang sekolah sebaiknya jangan lakukan 3 hal ini: 1. MEMBERONDONG dengan pertanyaan tentang PR, tugas, deadline, dan lainnya yang berkaitan dengan tanggung jawab sekolah. 2. MEMAKSA mereka bercerita tentang sekolah. 3. MEMAKSA mereka melakukan kegiatan yang bersifat TANGGUNG JAWAB/ KEWAJIBAN yang berat (butuh waktu lebih dari 5-10 menit). Pada prinsipnya tidak semua anak rumusnya sama. Oleh sebab itu Anda perlu memahami kondisi anak Anda. Ketika mereka pulang sekolah, amati dulu, apakah mereka terlihat lelah? Apakah mereka terlihat tidak ingin bercerita? Apakah mereka terlihat ingin beristirahat dan tidak mau diganggu?...