Skip to main content

TELAH BERJUANG DAN BERKORBAN DEMI KEBAIKAN ANAK?? ANDA YAKIN???



Kira-kira pertengahan tahun lalu, datanglah seorang Ibu berusia 40 tahunan. Beliau "dipaksa" oleh sekolah untuk datang berkonsultasi dengan saya perihal anak perempuannya yang berusia 9 tahun kepergok melakukan tindak bullying di sekolah. Padahal, menurut sang Ibu, anaknya baik baik saja di rumah. Tidak pernah ada masalah dan tidak pernah berbuat kasar pada orang lain.,
,
Singkat cerita, mereka telah banyak menghabiskan waktu, tenaga dan uang untuk memberikan les, peralatan sekolah, hingga berbagai benda mahal lainnya yang menurut mereka berguna untuk pengembangan bakat minat si anak.,
,
Dari ceritanya dan dari pengamatan saya, memang anak tersebut cerdas, ambisius, berprestasi namun tidak sabaran dan sombong.,
,
Mengapa bisa demikian? Karena ternyata anak ini kehilangan banyak kesempatan untuk mengutarakan kelelahan, keberatan dan ketidaksukaannya di rumah. Bukan karena orang tuanya punya sosok militer, bukan! Melainkan karena org tuanya selalu menanamkan doktrin doktrin halus bahwa apabila si anak ini mengikuti arahan org tua dan menyabet aneka prestasi, maka baik org tua maupun anak akan bahagia dan bangga.,
,
Si orang tua melupakan bagian terpentingnya yaitu menggali lebih dalam tentang pikiran dan perasaan anak akan kehidupan yang sedang dijalaninya.,
,
Akibatnya, rasa jenuh, lelah, tidak suka, marah, tidak puas, dsb, terus dipendam anak. Dan di sekolah, seluruh rasa itu ia biarkan keluar dan dilampiaskan dalam bentuk perlakuan tidak menyenangkan kepada teman yang lebih lemah darinya.,
,
Saya kira ini pelajaran berharga bagi kita semua sebagai orang tua: Meskipun anak terlihat 'baik baik saja' atau 'aman aman saja' di rumah, tetaplah lakukan komunikasi mendalam dengan anak. Gali isi hati dan pikirannya. Pastikan bahwa Anda dan dia benar benar saling paham dan kenal secara mendalam, bukan hanya di permukaan.,
,
Semoga sharing ini lagi-lagi bermanfaat. ,

#catatanpraktikhariini #latepost#psikolog #psikologanak#konselorpolaasuh #konseling

Comments

Popular posts from this blog

Orangtua dan Anak Saya Memancing Kemarahan Saya!

Ingin rasanya saya bentak mertua saya. Sulit sekali diberi tahu. Sudah dibilang anak saya tidak boleh dibelikan mainan dulu, tidak boleh jajan es krim dulu. Diam-diam dia beri es krim. Dia ajari anak saya untuk sembunyi-sembunyi beli mainan di belakang saya. Lalu, ketika suami saya sudah janji mau jalan-jalan bersama sore ini. Mumpung ia tidak lembur. Mertua saya tahu itu dan mulai berulah mencari perhatian. Dia mengatakan bahwa perutnya tidak enak dan butuh periksa ke dokter. Batal deh rencana kami sore itu. Akhirnya anak saya merengek karena tidak jadi pergi jalan-jalan. Lagi-lagi mertua bertingkah seperti pahlawan, mengatakan bahwa besok akan dibelikan mainan jika anak saya berhenti menangis. Oh wow! Sungguh luar biasa. Saya tak kuasa lagi menahan jengkel, akhirnya saya masuk kamar dan membanting pintu. Saya biarkan suami saya mengurus anak dan mertua saya itu. - Ny. S - Anak saya berulah lagi. Sudah diberi tahu berkali-kali bahwa makan harus duduk, dan tidak boleh mem...

JANGAN HANYA MENYEKOLAHKAN ANAK DI SEKOLAH BERGENGSI, TAPI DIDIKLAH ANAK AGAR PUNYA HAL INI!

Dalam bekerja saya selalu berusaha memberikan yg terbaik. Ketika menangani klien, membuat laporan psikologis, maupun  membuat materi/ modul workshop parenting, saya memilih untuk memberikan yang terbaik versi saya. Itulah sebabnya ketika mendelegasikan tugas atau bekerja sama dengan orang lain, saya punya ekspektasi orang tersebut juga berusaha yang terbaik. Bagi saya cara bekerja setiap orang boleh berbeda. Dan saya cenderung tidak menilai seseorang dari cara kerjanya. Ada yang banyak bicara atau bernyanyi/ bersenandung ketika bekerja. Ada pula yang khusyuk serius tapi ritme kerjanya pelan. Saya biasanya bisa memakluminya. Yang sulit saya maklumi adalah ketika mereka bekerja "asal selesai", "asal jadi" atau "sekedarnya". Saya sulit memaklumi mereka yang enggan melakukan yang terbaik yang mereka bisa. "Etos kerja" demikian istilahnya. Sebuah sikap bekerja yang sifatnya internal, berasal dari dalam diri seseorang. Bukan karena iming2 prof...

ANAK BARU SAJA PULANG SEKOLAH, JANGAN LAKUKAN 3 HAL INI

Kondisi fisik dan psikologis anak sepulang sekolah sebetulnya hampir serupa dengan kondisi fisik dan psikologis orang dewasa yang pulang bekerja. Biasanya mereka merasa lelah, penat, dan ingin rehat dari aturan, tuntutan dan kewajiban. Tak sedikit juga yang punya keinginan untuk segera berbagi cerita atau perasaan kepada orang terdekat. Oleh sebab itu, ketika anak pulang sekolah sebaiknya jangan lakukan 3 hal ini: 1. MEMBERONDONG dengan pertanyaan tentang PR, tugas, deadline, dan lainnya yang berkaitan dengan tanggung jawab sekolah. 2. MEMAKSA mereka bercerita tentang sekolah. 3. MEMAKSA mereka melakukan kegiatan yang bersifat TANGGUNG JAWAB/ KEWAJIBAN yang berat (butuh waktu lebih dari 5-10 menit). Pada prinsipnya tidak semua anak rumusnya sama. Oleh sebab itu Anda perlu memahami kondisi anak Anda. Ketika mereka pulang sekolah, amati dulu, apakah mereka terlihat lelah? Apakah mereka terlihat tidak ingin bercerita? Apakah mereka terlihat ingin beristirahat dan tidak mau diganggu?...